Apa Itu Namanya?

Hi guys! Akhirnya setelah sekitar dua tahun kami menghilang, kini kami datang lagi dengan personil lama dengan isu–isu yang lebih segar dan penting untuk kita diskusikan bareng ! Pada season kedua ini, sebagai episode yang pertama kami membahas dan mendiskusikan tentang perkara paling rumit bagi kaum pekerja level proletar, yaitu masalah gaji :D  Dalam kesempatan ini kami membahas bagaimana upah minimum regional ditentukan, apa dampak dari upah minimum regional yang berbeda-beda di setiap wilayah, dan bagaimana upah minimum regional mempengaruhi kehidupan para pekerja dan perekonomian secara umum.  Topik ini sangat cocok untuk kalian yang ingin memperdalam pengetahuan tentang isu upah minimum regional dan memahami bagaimana hal tersebut mempengaruhi masyarakat dan perekonomian. Selamat mendengarkan!

Seminggu terakhir sejak disahkannya UU Cipta Kerja di sidang Paripurna, demonstrasi besar melanda Indonesia. Salah satu puncaknya adalah saat terjadi pembakaran halte Transjakarta/MRT Bunderan HI, rumah di Senen, dan berujung ke meningkatnya angka kasus Covid-19. Di masa yang serba pelik dan serba dibungkam, masih relevan kah aksi demonstrasi turun ke jalan? Bersama crew Apa Itu Namanya, yang mana ada yang pernah ikut demo, tergiring ikut demo, tidak ikut pun mengecam demo, mari kita kupas tuntas dari teori hingga curcol demonstran.

Dalam politik, kehidupan normatif dan lainnya, banyak yang melihat adanya dominasi budaya Jawa ketimbang yang lain. Lihat saja presiden Indonesia mayoritas adalah orang Jawa, pun tata krama ala Jawa kerap dianggap sebagai panutan. Padahal dengan berbagai budaya di Indonesia harusnya membuat kita menjadi kaya, namun perbedaan ini cenderung malah menjadi pengkotak-kotakan antara "us versus them" atau "Jawa dan non-Jawa." Ikuti Apa Itu Namanya yang kali ini yang membahas perbedaan budaya secara ceplas-ceplos dan seru.

Wacana revisi UU Bank Indonesia mengundang pertanyaan akan independensi bank sentral kita. Ditengah pandemi Covid-19 dan kekhawatiran ekonomi, apakah ini akan menjadi strategi efektif untuk mensinergikan pemulihan ekonomi, atau justru sarat akan kepentingan politik? Lalu apa yang jadi isu bila kebijakan moneter dan fiskal dibawah satu komando, apakah itu masalah atau solusi?

Influencer pesanan pemerintah, yes or no? Apakah ini sebuah teknik diseminasi informasi pemerintah yang inovatif atau strategi komunikasi yang tidak tepat? Atau ini strategi populis dari pemerintah yang ingin ikut arus generasi millenial? Dimana pula peran media dan kritik demokrasi saat ini? Problematika Influencer, yah serba salah dan serba perlu didengar oleh pendengar!