
Jangan Nyasar
Podcast de Jangan Nyasar
Selamat datang di Podcast Jangan Nyasar. Podcast ini membahas hal-hal ringan tentang anak muda, yang sering bingung dan nyasar di jalan pencarian jati diri. Nantikan episode-episode kami mendatang. Kunjungi instagram kami di @jangannyasar untuk bekerja sama menjadi narasumber serta berkolaborasi bersama kami. Selamat mendengarkan.
Empieza 7 días de prueba
$99.00 / mes después de la prueba.Cancela cuando quieras.
Todos los episodios
16 episodios
Putri mengalami depresi postpartum atau depresi pasca melahirkan anak pertamanya. Dukungan keluarga membuatnya bisa melewati masa itu.

Makanan berpengaruh ke mental, jiwa, dan spiritual seseorang. Kamu punya pengalaman begini soal makanan nggak? Yuk, simak episode baru Jangan Nyasar. April (24), pekerja rantau yang kini tinggal di Jakarta, cerita pengalamannya menjalani yoga dan meditasi. Apa yang ia dapat dengan melakoni dua kegiatan hening itu saat pandemi? Check this out, guys! Cerita April juga menarik disimak bagi kamu-kamu yang sedang merasa tidak baik-baik saja secara mental.

Jangan Nyasar merespons keresahan sebagian kawula muda memperkarakan buaya dan garangan di media sosial. Di episode kali ini, kita dapat cerita menarik dari Pijar --ukhtivis medsos-- yang punya pengalaman cukup variatif menghadapi para garangan dan buaya. Sebenarnya apa sih yang disebut garangan dan buaya. Seberapa berbahaya mereka. Lalu, gimana caranya menangkis jebakan garangan dan buaya ini? Mari kita simak bersama cerita agak menggelikan tapi senyata-nyatanya berbahaya bagi kemaslahatan umat manusia.

Pilihan isu ini dilatarbelakangi oleh pendapat yang mengkhawatirkan anak muda makin susah punya rumah sendiri. Dalam pendek pengetahuan Jangan Nyasar, pendapat ini terasa masuk akal. Generasi kami mengalami masa bekerja dengan gaji lebih tinggi sedikit saja dari UMR. Sementara harga tanah dan rumah makin menjulang. Ah, di sela keputusasaan, kami mengandaikan bakal dapat warisan rumah dari orang tua atau mertua di hari esok. Eh tapi ya kali, kalau nanti ternyata nggak dapat, gimana dong? Pokoknya saat ribet melayani pikiran semruwet, kami terus mencoba cari insight lain. Bertemulah dengan Ain, mbambak yang disebut mirip wajahnya dengan Bu Tejo Tilik. Sejak sebelum menikah, Ain dan pasangannya sudah memutuskan bakal tinggal di mana nantinya. Begini kisah tak lengkap perjalanan Ain dan Izir menemukan rumah tinggal dengan berbagai pertimbangan dan pengorbanan tak mudah. Yuk, simak!

Kenapa pertanyaan "kapan nikah" itu basi dan sebaiknya kamu hindari untuk diajukan ke orang lain? Kamu bisa denger Jangan Nyasar edisi kali ini buat nemuin salah satu jawabannya. Pernikahan di sekeliling kita, kalau kita mau buka mata, tak sedikit yang berujung pada kepedihan mendalam. Kamu-kamu mungkin juga semakin sadar, kawan-kawan di sekeliling tumbuh dengan keluarga yang beragam latar hidupnya. Salah satunya, mereka yang orang tuanya bercerai. Kalau kalau diamati, kawan-kawan ini pasti punya pembawaan-sikap berbeda dengan mereka yang kedua orang tuanya tidak bercerai. Perceraian orang tua tak sedikit membawa dampak dalam keberhidupan sang anak. Mulai dari sikap tertutup, hingga sangat potensial mengidap depresi yang berujung pada bunuh diri misalnya. Nah, apakah menurutmu sopan dan patut mengajukan pertanyaan tak beradab macam "kapan nikah" kepada kawan-kawan korban perceraian orang tua? Apalagi kalau kamu bukan kawan dekatnya. Kegagalan pernikahan orang tua jelas memicu krisis kepercayaan diri, krisis identitas sang anak yang tak jarang membuatnya takut menikah. Seperti cerita korban dalam edisi kali ini. Jangan mentang-mentang kamu pasangan muda, sedang senang-senangnya memadu kasih buah pernikahan, rajin ikut kajian atau kelas pranikah, lantas sok merasa paling benar mengampanyekan seruan "yuk buruan nikah!". Itu sungguh tidak kontekstual dan jauh dari perikemanusiaan. Mari tidak jadi munafik dengan memahami setiap pilihan hidup orang lain, termasuk pilihan untuk takut menikah bahkan tidak menikah. Jangan pakai dalih dan dalil agama dengan serampangan. Apakah menikah itu wajib hukumnya? Iya, buat yang sudah kebelet. Tapi toh ada hukum lain yang menyatakan nikah itu mubah, sunnah, bahkan haram. Setidaknya begitu menurut Islam.
Empieza 7 días de prueba
$99.00 / mes después de la prueba.Cancela cuando quieras.
Podcasts exclusivos
Sin anuncios
Podcast gratuitos
Audiolibros
20 horas / mes