Cerita Waktu Senggang

Cerita ini mengisahkan seorang perempuan bernama Gita. Dia memiliki satu boneka kesayangan bernama Loni. Boneka ini bisa hidup seperti manusia, serta memiliki kedekatan emosional yang begitu kuat, dan Gita sangat menyayanginya. Suatu ketika, Gita mengalami perasaan marah yang tidak bisa dikendalikan. Dengan emosi yang meluap, dia melampiaskan semua itu pada bonekanya. Namun tanpa disadari, dia melakukan tindakan keras dan melontarkan kata yang kurang mengenakan. Loni merasa hatinya sakit dan hancur berkeping-keping. Sejak kejadian itu, hubungan mereka meregang dalam waktu lama. Lantas, apakah dia berhasil mengembalikan keadaan menjadi kembali utuh? Simak cerita ini.

Cerita ini bermula dari seorang siswa kelas 5 SD bernama Yohan. Saat itu, dia sedang bersembunyi di belakang pintu kelas karena tidak ingin ikut membersihkan sekolah. Saat itu, dia mendapat teguran keras dari seorang guru agama bernama pak Agung. Namun Yohan tidak peduli. Dengan emosi yang meluap, pak Agung mengayunkan sapu lidi yang dipegangnya, dan tanpa sadar mengenai pipi Yohan, membuatnya terluka. Akhirnya, Yohan melaporkan kejadian tersebut ke orang tuanya, dan laporan itu juga dibawa ke polisi. Lantas, akankah kasus ini bisa diselesaikan dengan baik? Simak cerita ini. https://regional.kompas.com/read/2024/10/25/195000978/kronologi-guru-di-muna-jadi-tersangka-dilaporkan-walimurid-karena-pukul [https://regional.kompas.com/read/2024/10/25/195000978/kronologi-guru-di-muna-jadi-tersangka-dilaporkan-walimurid-karena-pukul]

Setiap orang pasti pernah merasa rindu dan kesepian. Entah merindukan orang yang jarang bertemu, atau merindukan orang yang telah tiada. Adalah contoh cerita dari seorang remaja bernama Lizi. Ia mengalami kerinduan yang dalam terhadap ibunya yang sedang berada di luar kota. Gimana kisah selengkapnya? Simak cerita ini.

Tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Itulah yang dialami oleh seorang perempuan istimewa yang lahir dengan kondisi khusus. Ia bernama Twinda, seorang penyandang disabilitas tunanetra yang sangat menyukai wisata. Dan salah satu tempat yang menjadi favorit adalah pantai. Baginya, pantai adalah tempat untuk merenung dan merasakan keindahan alam. Di sana, ia bisa melakukan apapun, termasuk berinteraksi dengan orang baru. Suatu ketika,ia berkenalan dengan seorang wanita muda bernama Dayon. Sejak berkenalan, ia langsung akrab dan bahkan menjadikan Dayon sebagai sahabat. Dayon bertekad akan selalu ada di sampingnya untuk mendampingi dalam setiap langkah, serta memberikan perasaan aman. Bagaimana kisah selengkapnya mengenai kedekatan mereka? Simak cerita ini.

Ini adalah lanjutan cerita dari episode pertama berjudul Tempat Aman (Safe Place). Setelah Octa berkonsultasi dengan psikolog, perlahan kondisi Octa semakin membaik. Octa bisa menjalani hari dengan lancar, hingga tanpa terasa Octa bersama dengan sahabat setianya, Glory, sudah berada di semester lima kuliah. Awalnya semua tampak normal. Namun, keadaan berubah ketika kinerja Octa kembali menurun. Octa sering murung, cemas dan kurang bersemangat. Bahkan Octa mengalami situasi yang membuat dirinya burnout dan merasa tidak berdaya. Dan yang lebih ekstrimnya adalah, ia juga cenderung melakukan tindakan berbahaya, yaitu melukai diri sendiri (self harm), hingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidup. Dan setelah diperiksa, ternyata Octa mengalami depresi dan PTSD. Lalu apa penyebab Octa bisa mengalami hal tersebut? Dan apakah Octa bisa kembali melanjutkan hidup? Simak cerita ini. Catatan Psikolog: PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca-trauma adalah gangguan mental yang dapat berkembang setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. Peristiwa traumatis tersebut bisa berupa kekerasan fisik, kecelakaan serius, bencana alam, atau kejadian lain yang mengancam nyawa atau keselamatan. Gejala umum PTSD meliputi: * Kilasan ingatan: Mengalami kilasan memori yang tiba-tiba dan mengganggu, seperti kembali merasakan kejadian traumatis secara mendalam. * Mimpi buruk: Mengalami mimpi buruk yang berkaitan dengan kejadian traumatis. * Hindari pemicu: Menghindari tempat, situasi, atau orang yang mengingatkan pada peristiwa traumatis. * Perubahan suasana hati: Merasa depresi, cemas, marah, atau mudah terganggu tanpa alasan yang jelas. * Hiperwaspada: Merasa selalu waspada atau terancam, bahkan dalam situasi yang aman. PTSD dapat diobati melalui terapi psikologis, seperti terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi eksposur, serta pengobatan. Terapi ini bertujuan untuk membantu penderita mengelola gejala dan mengurangi dampak dari pengalaman traumatis.